Kisah Nabi Yusuf diabadikan dalam al-Quran pada surat yang ke-111. Tidak hanya karena di dalamnya terdapat kisah Nabi Yusuf, melainkan pada surat yang ke-111 ini, memang Nabi Yusuf menjadi nama surat itu sendiri dan menjadi satu-satunya nama dari surat tersebut. Pakar Tafsir al-Quran M. Quraish Syihab menilai kisah yang diceritakan di dalam Surat Yusuf adalah Ahsanul qashsos (sebaik-baik kisah). Selain kandungannya yang kaya dengan pelajaran, tuntunan, dan hikmah, kisah ini juga mengandung imajinasi, bahkan memberi aneka informasi tersurat dan tersirat tentang sejarah masa silam.
Kisah mengenai krisis dalam Surat Yusuf secara khusus dipaparkan pada ayat 43-53. Bermula dari mimpi seorang raja yang melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh yang kurus-kurus. Sang raja menceritakan mimpinya ini kepada para pemuka pemerintahannya dan cendekiawan yang dikenal mengetahui tafsir tentang mimpi dan sihir. Mereka diharapkan mampu memberi pencerahan atas mimpi yang dialami sang raja.
Tetapi, tak satu pun dari mereka yang mengetahui, bahkan menganggap bahwa mimpi itu hanya mimpi kosong belaka. Hingga pada akhirnya, salah seorang pemuka pemerintahan yang pernah diprediksi oleh Nabi Yusuf selamat dari hukuman menceritakan kehebatannya kepada sang Raja. Setelah dipersilakan sang Raja, Nabi Yusuf menafsirkan mimpinya bahwa supaya pemerintah mengambil kebijakan untuk berinvestasi dalam rangka menghadapi krisis yang akan terjadi di negaranya.
Singkat cerita, tafsir mimpi tersebut bisa diibaratkan seperti kita selama tujuh tahun panen sawit yang melimpah, setelah itu tidak bisa menanam sawit karena krisis air. Seperti yang telah tercantum dalam Q.S. Yusuf ayat 47-49 sebagai berikut artinya, “ Dia (Yusuf) berkata, “Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. 48. Kemudian setelah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. Setelah itu akan datang tahun, di mana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” (QS. Yusuf ayat 47-49). Raja Mesir yang mendengar tafsiran mimpi tersebut akhirnya percaya dengan apa yang disampaikan nabi Yusuf. Setelah itu nabi Yusuf dibebaskan dari penjara lalu ditugaskan menjadi Menteri segala urusan. Raja Mesir pun senang karena masalah bisa diatasi.
Krisis itu diperkirakan terjadi selama tujuh tahun, sehingga selama tujuh tahun sebelum krisis dianjurkan untuk menyiapkan ketahanan pangan secara maksimal.
Dari kisa Nabi Yusuf yang terdapat juga dalam surat Yusuf, kita bisa mengambil pelajarannya yaitu selain kandungannya yang kaya dengan pelajaran, tuntunan, dan hikmah, kisah ini juga mengandung imajinasi, bahkan memberi aneka informasi tersurat dan tersirat tentang sejarah masa silam. Dan salah satu strategi yang dilakukan Nabi Yusuf pada masa itu adalah dengan berhemat. Jadi dengan demikian, sesuatu hal yang penting bagi kita dalam menghadapi krisis adalah bagaimana cara kita bisa mengatur keuangan dengan baik, bagaimana kita bisa mengatur kehidupan ekonomi dengan bijak tanpa berfoya-foya bahkan mengeluarkan ke hal-hal yang kurang bermanfaat atau bisa dikatakan kurang penting.
Dalam teori ekonomi yang menyatakan bahwa perilaku konsumsi orang itu ditentukan oleh tingkat pendapatan hari ini, atau yang akan datang. Maka teori ini jangan diberlakukan dalam menghadapi krisis resesi. Pengeluaran itu harus disesuaiakan dengan kondisi. Jangan besar pasak daripada tiang.
Banyak pelajaran dan ibrah yang juga dapat kita ambil dari Kisah Nabi Yusuf yang penuh dengan pengalaman hidup di antaranya ialah bahwasanya penderitaan seseorang yang nampannya merupakan suatu musibah dan bencana, pada hakikatnya dalam banyak hal bahkan merupakan rahmat dan barakah yang masih terselubung bagi penderitaannya.
Situasi krisis yang mengancam saat ini mirip seperti krisis yang terjadi pada masa Nabi Yusuf, ada dua kunci keberhasilan yang bisa kita ambil pelajaran dari kisah Nabi Yusuf, yaitu kesabaran dan istikamah. Keduanya merupakan pesan penting bagi pemerintah, pakar, dan masyarakat untuk terhindar dari ancaman krisis ekonomi.
Dan juga setiap persoalan yang dihadapi harus menggunakan akal pikiran yang sehat karena sifat wajibnya nabi yang fatanah. Kecerdasan nabi Yusuf bisa kita jadikan sebagai patokan atau motivasi untuk menghadapi persoalan di kemudian hari. Dari mulai pembukuan (akuntansi), manajemen risiko, tata kelola gudang, perencanaan infrastruktur. Bagaimana tidak, di setiap daerah dibuat tempat penampungan dan ada Admin pencatatan. Apa pun yang mau dilakukan harus ada pemikiran yang matang dan semua butuh kerja sama tidak bisa sendiri-sendiri, adanya rasa saling percaya seperti sifat Nabi yang fatanah. Semua harus tahu apa yang harus dikerjakan ketika terjadi krisis, ini juga tidak terlepas dari pantauan pemerintah atau kerja sama antara pemerintah, pakar dan masyarakat. Mulai dari sekarang harus memikirkan apa yang harus dilakukan dan persiapan yang dianggap penting. Semoga kita bisa terhindar dari krisis apa pun itu. Aamiin. *Eriza*