“Katakanlah: kalau sekiranya ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan, tentu telah diselesaikan Allah urusan yang ada antara aku dan kamu, dan Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang zhalim. Dan pada sisi Allah-lah kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahui kecuali dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelaipun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfuz)” (QS. al-An’am 58-59)
Ayat di atas menerangkan kondisi orang-orang yang melakukan penentangn terhadap dakwah Nabi, sehingga mereka dimintakan azab disegerakan kepada mereka. Namun, Allah berfirman kepada Nabi agar Nabi mengatakan kepada mereka bahwa masalah diturunkan azab atau tidak, itu hak prerogatif Allah. Dan jika itu berlaku maka sudah selesai dakwah antara Nabi dengan orang-orang yang menentang tersebut. Dalam ayat ini disebut bahwa orang yang berprilaku seperti itu adalah orang-orang yang zhalim. Mereka menzhalimi diri mereka sendiri karena tidak menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi dan melakukan penentangn terhadap dakwah.
Dalam sirah nabawiyah disebutkan, bahwa Rasulullah pernah menyeru orang-orang Thaif untuk masuk Islam, namun ajakan beliau mereka tidak mengindahkannya, bahkan mereka mencela serta merendahkan Rasulullah, sehingga dalam riwayat disebutkan, Jibril diutus Allah datang menawarkan kepada Rasulullah untuk menurunkan azab kepada mereka, tetapi Rasulullah menolak bantuan Jibril dengan mengharapkan keislaman generasi penerus kaum tersebut. Demikianlah akhlak Rasulullah yang mulia, meski mendapatkan bantuan untuk memberangus orang-orang yang ingkar, tapi Rasulullah masih mengharapkan mereka untuk dapat menerima Islam di lain waktu, bahkan pada generasi selanjutnya. Demikianlah Azab Allah apabila disegerakan, maka tak ada yang dapat menghindar dan melarikan diri darinya, namun dalam kisah tersebut, Rasulullah menolak bantuan Jibril untuk menghancurkan kaum tersebut.
Sambungan ayat tersebut, Allah menyatakan bahwa hanya dzat-Nya yang mengetahui semua rahasia langit dan bumi, semua bentuk yang riil dan yang abstrak, semua yang berbentuk material atau immaterial. Tak ada yang tersisa atau luput dari pengetahuan Allah, semuanya berada dalam pengetahuan-Nya. Tidak ada suatu gerak dari benda yang luput dari kekuasaan-Nya, semua dalam kendali dzat-Nya. Lalu kemudian Allah menjelaskan bahwa, semua gerak kehidupan tercatat dalam lauh mahfuz, yang termaktub didalamnya semua gerak gerik kehidupan, mulai dari terciptanya alam raya, mulai dari tata galaksi yang sangat luas, sampai pada hal yang paling kecil, seperti sel dan atom. Tak luput semuanya dari hadapan Allah. Demikianlah Allah memperkenalkan dzat-Nya kepada kita, bahwa tidak ada yang tersembunyi dalam pandangan Allah, sebagai Dzat yang pantas untuk disembah dan tidak disekutukan dengan yang lain. Wallahu a’lam bi shawaab.