Oleh Marwidin Mustafa
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pandemi global 11 Maret 2020 tahun lalu. Keputusan WHO itu dikeluarkan ketika virus corona telah menyebar di 118 negara dan menginfeksi lebih dari 121.000 orang di Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Amerika (Kompas). Pandemi terakhir yang di dunia adalah pada 2009 akibat flu babi yang menewaskan ratusan ribu orang.
Menurut WHO, virus corona memiliki tiga karakteristik meliputi, jenis virus baru, dapat menginfeksi banyak orang dengan mudah, serta bisa menyebar antar manusia secara efisien.
Untuk mengantisipasi mewabahnya virus ini, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dan aturan, mulai dari menjaga jarak, menggunakan masker dan cuci tangan. Terakhir, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, dengan alasan demi keselamatan masyarakat.
Hari Idul Adha tahun 1442 H/2021 ini masih kita rayakan dalam kondisi pandemi. Artinya, sudah dua tahun, dua Hari Raya Idul Fitri, dan dua kali Hari Raya Idul Adha masih kita dirayakan dalam kondisi wabah virus covid-19.
Dalam dua tahun terakhir, satu persatu orang-orang yang kita kenal pergi menghadap Sang Khaliq. Data terakhir dihimpun dari situs kawalcovid19.id per 18 Juli 2021, ketika tulisan ini disiapkan, data kasus di Indonesia berjumlah 2,8 juta lebih dengan status terkomfirmasi dan sebanyak 2,2 juta lebih sembuh, dan sekitar 527 ribu orang dinyatakan sembuh, serta 72 ribu lebih meninggal.
Merayakan Idul Adha dalam kondisi terbatasnya ruang gerak, sulitnya ekonomi, kehidupan serba kekeurangan, menjadikan hari raya menjadi momen begitu bermakna. Sejatinya, hari raya demi hari raya yang telah kita jalani, penuh dengan kebahagiaan dan kemeriahan, kesempatan mengeratkan rajutan silaturrahim, waktu saling berkunjung ke sanak saudara dan keluarga. Akan tetapi, kondisi sekarang membuat semua ruang gerak dibatasi oleh aturan dan kebijakan.
Akibatnya, para pedagang mengeluh, karena minimnya pembeli, para guru tidak dapat bertemu lagi dengan murid-muridnya, masjid dan rumah ibadah dibatasi jamaahnya. Sebab, semua harus work from home (WFH). Begitu pula, di hari yang mulia ini, seorang anak harus bersilaturrahim secara virtual dengan orang tuanya, karena tidak dapat pulang ke kampung halaman. Kadang, untuk berziarah ke kuburan orang tua terpaksa harus dengan cara virtual juga.
Di pagi hari raya qurban yang berkah ini, sambil memejamkan mata, menundukkan kepala, dan menengadahkan kedua tangan ke langit, sambil bermunajat dan memohon kepada Sang Pencipta Allah SWT, semoga kondisi ini cepat berakhir dan kita lalui dengan selamat. Amin. Semoga!
Penulis, jamaah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh