“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Dakwah secara umum berarti menyampaikan pesan, seruan kepada khalayak untuk menjalankan perintah dan anjuran Islam dan menjauhi/ mencegah apa yang dilarang oleh Islam dengan menggunakan berbagai medium. Dalam hal ini dakwah dapat diartikan sebagai upaya terus-menerus untuk memberikan perubahan pada manusia yang meliputi pikiran (fikrah), perasaan (syu’ur), dan tingkah laku (suluk) yang kemudian menuntun mereka kepada jalan Allah (Islam). Tabloid Gema Baiturrahman yang telah berusia 29 tahun yang terbit di Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu media dakwah bil qalam yang keberadaannya patut dihargai.
Dakwah bil qalam merupakan dakwah yang menggunakan pena atau menggunakan tulisan. Orang yang menyeru kepada kebajikan disebut da’i dan yang menerima dakwah disebut mad’u. Dengan demikian jurnalis atau wartawan juga disebut pendakwah bila dalam tulisannya mengajak para pembacanya untuk taat kepada Allah SWT.
Dakwah bil Qalam ini telah berlangsung sejak zaman Rasulullah SAW, karena pada saat itu tradisi tulis menulis sudah berkembang. Terbukti ketika Rasulullah SAW menerima wahyu, beliau langsung meminta para sahabat yang mempunyai kemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahal di zaman itu secara teknis sangat susah untuk bisa melaksanakan kegiatan tulis-menulis disebabkan sarana yang belum tersedia seperti kertas dan alat tulis lainnya apalagi untuk mencetaknya.
Saat ini dakwah melalui tulisan sudah sangat populer dan meluas, salah satunya melalui media cetak yang disajikan dengan bahasa dan kemasan yang mudah untuk dipahami, sehingga dapat diterima dengan mudah oleh pembaca dengan spektrum yang lebih luas. Allah berfirman yang artinya : “(Allah) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena (baca tulis). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-’Alaq : 4-5).
Metode Dakwah bil Qalam dapat memberikan solusi atas kelemahan yang disampaikan secara lisan (pidato, ceramah, kuliah dll). Demikian juga dakwah bil qalam yang mengandalkan indera mata dan ujung jari (bagi tuna netra) memungkinkan keberhasilan komunikasi dakwah dengan pena secara mendalam dan menyeluruh melalui tulisan.[]