GEMA JUMAT, 17 JANUARI 2020
Persentase penduduk miskin di Aceh per September 2019, berada pada posisi 15,01% atau 809.76 ribu jiwa dari total jumlah penduduk Aceh sekitar 5,2 juta jiwa. Orang miskin di Serambi Mekkah berkurang 9 ribu orang (0,31%) dibanding Maret 2019 sebesar 819.44 ribu orang. yang disebut orang miskin yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis kemiskinan pada September 2019 sebesar Rp 440.538 per kapita per bulan.
Garis kemiskinan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2.100 kalori per kapita per hari) dan nilai minimum pengeluaran untuk bukan makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pokok nonmakanan lainnya seperti rokok. Dengan kata lain, semakin banyak orang Aceh yang berhasil menjauhi nilai garis kemiskinan atau keluar dari jurang kemiskinan. Demikian maklumat BPS Aceh yang diumumkan pada Rabu, 15 Januari 2020.
Kepala BPS Aceh Wahyudin menegaskan Aceh menempati peringkat nomor 7 tertinggi penurunan angka kemiskinan di Indonesia. Secara nasional, Aceh masih pada posisi 6 sebagai provinsi termiskin dan nomor 1 di Sumatera. BPS mencatat rokok kretek filter merupakan salah satu komoditas penyumbang besar terhadap garis kemiskinan. Selain rokok yaitu beras memberikan sumbangan sebesar 20,35% serta mi instan dan lain-lain.
Di sisi lain, Aceh memiliki ABPA yang pada 2019 mencapai Rp 17 triliun. Lebih besar dari APBD Provinsi bengkulu Rp 3,15 triliun dan APBD Lampung Rp 7,5 triliun. Faktanya, dengan peng melimpah, Nanggroe Endatu ini tetap sebagai juara 1 termiskin di Sumatera. Ada yang salah dalam mengurus fulus otonomi khusus yang diberikan setelah DOM Aceh dicabut. Kita ingatkan anggota parlemen, pejabat, dan rakyat Aceh bahwa dana otsus ada setelah ribuan rakyat Aceh tumpah darah di Bumi Cut Nyak Dhien.
Demikian juga, pada 2019, Pemerintah Pusat mengucurkan dana desa kepada Aceh sebesar Rp 4,95 triliun. Dana yang melimpah tidak mampu diurus dengan baik oleh elite hingga ke jajaran terbawah oleh keuchik. Hasilnya, Nanggroe ini masih terseok-seok dari tahun ke tahun dari kubangan kemiskinan. Secara kasat mata, rumah-rumah di gampong yang masih berlantai tanah, dinding dari pelepah rumbia sehingga terbuka aurat dari celah-celah dinding dan sebagainya termasuk kamar mandi yang ala kadarnya. Sungguh kamar mandi dan rumah yang tidak sejalan dengan penerapan Syariat Islam yang aurat haram dilihat
Salah satu mengurangi angka kemiskinan di gampong-gampong yakni melalui pembangunan infrastruktur seperti irigasi teknis yang tetap mengalir air dalam musim kemarau. Ternyata mayoritas sawah di Aceh masih tadah hujan alias menunggu hujan turun. Sementara mayoritas warga kerja di sawah dan tinggal di gampong. Pengurangan kaum dhuafa harus melibatkan semua elemen warga. yang paling utama yakni mengubah pemikiran lebih baik miskin namun masuk surga daripada kaya namun masuk neraka ke pemikiran lebih baik kaya masuk surga daripada sudah miskin di dunia dan masuk neraka karena tidak beramal. Jika miskin, maka tidak wajib berhaji, berzakat, bershadaqah, berwakaf, membantu sahabat dan sebagainya.
Sementara kepada jajaran legislatif, eksekutif, dan warga harus menyakini ini adalah jalan jihad mengurangi warga miskin bisa terus menurun setiap tahun. Kebijakan pendidikan gratis, meningkatkan pendapatan penduduk, dan biaya kesehatan yang terjangkau oleh penduduk adalah salah satu cara mengurangi kaum dhuafa. Program tepat sasaran kepada sekitar 800 ribu hamba dhaif perlu pengawasan seluruh umat. Jangan jika sudah berkaitan dengan uang masuk, mereka berlomba-lomba mengklaim dirinya dirinya miskin. Mereka ini lebih tepat disebut miskin akhlaq, serakah, tidak mau bersyukur dan sebagainya. Yang serakah ini bisa dialami oleh siapa saja tanpa tergantung pada status sosial. [Murizal Hamzah]