
Ketua Himpunan Dai Muda Indonesia (HDMI) Provinsi Aceh, Tuanku Muhammad, SPd.I, MAg menjelasakan bahwa generasi milinial adalah mereka yang lahir tahun 1980-an ke atas dan tahun 2000-an. Dalam arti hitungan berumur berkisar antara 17 tahun ke atas hingga 40 tahun.
Dalam kisaran usia dianggap masih termasuk generasi muda yang mendapat generasi bonus demografi dan menjadi para pemikul dan penerus bangsa kedepan. “Generasi milenial memang indentik dengan masa muda, penuh kekuatan, masa penuh kesenangan”, jelas Tuanku Muhammad kepada Gema Baiturrahman, Rabu (27/10) kemarin.
Menurut Tuanku Muhammad, generasi milenial indentik dengan generasi yang hidup dan berhubungan akrab dengan perkembangan teknologi. Ditambah lagi dengan tumbuh pesatnya teknologi media dan informasi, dimana akses informasi lebih mudah dan murah. “Sehingga, informasi menjadi kiblatnya dalam fashion (berpakaian), food (makanan) dan hal-hal lainnya”, papar ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Kota Banda Aceh.
Akibatnya adalah, tergerusnya nilai-nilai budaya dan moralitas dalam sikap dan prilaku anak-anak muda sekarang. “Yang kita lihat sekarang, para milenial kita makin jarak hubungan dengan generasi tua kita, yang sangat menjaga warisan adat dan adab serta budaya,” ungkapnya.
Menurut Mahasiswa Doktoral Ilmu Pendidikan Islam UIN Ar Raniry ini, solusinya adalah memperkuat keimanan dan ihsan, dengan mempertkuat dua hal ini, kata dia, para generasi muda milenial Aceh lebih siap menghadapi tantangan zaman. Apalagi, ketika anak muda diberi dan mengembani sebuah amanah, ia akan lebih bertanggung jawab untuk dirinya sendiri, juga bagi masyarakat lainnya.
Fungsi dan Eksistensi

Rais ‘Am Rabithah Thaliban Aceh (RTA) Tengku Marbawi Yusuf mengatakan eksistensi pemuda atau generasi milenial diyakini akan berkontribusi besar terhadap kemajuan bangsa. “Untuk semua pemuda generasi milenial supaya lebih terbuka dan memperdalam lagi wawasan agamanya dan serta dapat menyelesaikan masalah yang ada.” ujarnya.
Ia menambahkan, setiap pemuda dan paran kaum milenial pentingnya mengetahui lebih dalam apa yang menjadi hakikat perannya di era milenial, di tengah arus globalisasi saat ini.
Di samping itu, pemuda yang baik adalah pemuda yang tidak menunda nunda waktu, sigap, tangkas dan selalu mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Pemuda yang baik juga selalu bertanggung jawab terhadap amanah yang telah diberikan kepadanya.
“Para generasi milenial itu harus punya kekuatan, terutama kekuatan iman, ilmu, amal, dan juga harus punya jiwa dan fisik yang sehat,” jelas Waled lakap sehari-hari untuk Wakil Ketua Majelis Akreditasi Dayah Aceh (MADA) ini.
Pagar Bangsa

Lebih lanjut, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, Nanta Julmaghfira mengatakan, momentum Hari Sumpah Pemuda ke 93 ini, para generasi muda milenial harus menjadi pagar bangsa dan negara yang kokoh.
Untuk menjadi pagar yang kokoh, kata dia, harus dibekali fondasi yang kuat, baik bekal kemapuan skill ilmu dan ketrampilan. “Para pemuda milenial sekarang harus mampu bersaing secara global, maka harus punya skill andalan, seperti skill pemanfaatan teknologi informasi untuk enterpreunership,” ujar Nanta.
Dalam rangka Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke 93, para narasumber mengharapkan, bahwa menjadi momentum para pemuda untuk bersatu dan bangkit bersama membangun Indonesia tumbuh dan maju. Sebagaimana disampaikan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia.
“64,50 juta Pemuda Indonesia, atau seperempat dari populasi penduduk Indonesia menjadi harapan besar kemajuan bangsa yang sudah di depan mata, tanpa komitmen bersatu para pemuda untuk bangsa, niscaya impian menjadi bangsa yang unggul tidak akan terwujud,” Kata Kemenpora dalam peringatan HSP kemarin. (Marmus)