Gema, 18 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Para bijak mengingatkan kita bahwa setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya.
Namun di sini hari ini tidak berbicara dalam ranah sosial politik, tetapi pada ranah religiusitas.
Benar memang setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Masa yang tersedia dan dilalui bagi setiap orang ada pengalaman, kesan dan rasanya sendiri-sendiri, spesifik, khas, dan mempribadi.
Meskipun ada saja kesan umum dan persamaannya, namun tetap personal dan hanya yang bersangkutan saja yang menghayati sepenuhnya.
Dalam praktik religiusitas, di sana ada dinamika, yajid wa yanqus, naik dan turun mengiringi kualitas iman di dada. Dan hanya diri sendiri dan Allah saja yang mengetahui kesejatiannya.
Betapa banyak karunia yang senantiasa dianugerahkan oleh Allah, namun tidak berimbang dengan rasa syukur yang kita lakukan atasnya.
Kita beribadah, tetapi hanya di sela-sela kesibukan duniawiyah yang ada, berdoa hanya di saat sasah saja, bersedekah, berinfaq, menambahi amalan-amalan sunah shalat lail, dhuha, puasa sunah baru sebatas cita-cita.
Demikian juga sebaliknya, betapa sayangnya Allah dengan kemahapengampunannya senantiasa memaafkan seraya menutupi aib dan kekurangan kita dari pandangan manusia, sehingga kita tetap menjadi mulia dan dimuliakan oleh sesama.
Atas semua karunia dan kasih sayangNya itu sejatinya malu rasanya bila tidak beribadah (berusaha, berdoa, bertawakkal) lebih yang kita lakukan selama ini.
Sunday, February 5
Trending
- ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh
- Ketegasan dan Adil
- Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe
- MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA
- Manjaga Kelestarian Alam
- MRB Optimalkan Pengelolaan Dana BLUD dan Infak
- Kisah Mualaf Artis TikTok Filipina, Taaliah Hajra Camilo
- MENUJU KEHIDUPAN YANG PENUH BERKAH