Facebook Twitter Instagram
    Sunday, February 5
    Trending
    • ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh
    • Ketegasan dan Adil
    • Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe
    • MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA
    • Manjaga Kelestarian Alam
    • MRB Optimalkan Pengelolaan Dana BLUD dan Infak
    • Kisah Mualaf Artis TikTok Filipina, Taaliah Hajra Camilo
    • MENUJU KEHIDUPAN YANG PENUH BERKAH
    Facebook Twitter Instagram
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    • Salam
    • Khutbah Jumat
    • Peristiwa
    • Laporan Utama
    • Dialog
    • Mimbar
      • Opini
      • Menara
      • Kubah
      • Mihrab
      • Tafsir
      • Fikrah
    • Advetorial
    • E-Paper
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    Home » Malu Rasanya
    Indeks

    Malu Rasanya

    RedaksiBy RedaksiFebruary 18, 2018No Comments2 Mins Read
    Facebook Twitter LinkedIn Telegram Pinterest Tumblr Reddit WhatsApp Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Gema, 18 Februari 2018
    Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
    Para bijak mengingatkan kita bahwa setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya.
    Namun di sini hari ini tidak berbicara dalam ranah sosial politik, tetapi pada ranah religiusitas.
    Benar memang setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Masa yang tersedia dan dilalui bagi setiap orang ada pengalaman, kesan dan rasanya sendiri-sendiri, spesifik, khas, dan mempribadi.
    Meskipun ada saja kesan umum dan persamaannya, namun tetap personal dan hanya yang bersangkutan saja yang menghayati sepenuhnya.
    Dalam praktik religiusitas, di sana ada dinamika, yajid wa yanqus, naik dan turun mengiringi kualitas iman di dada. Dan hanya diri sendiri dan Allah saja yang mengetahui kesejatiannya.
    Betapa banyak karunia yang senantiasa dianugerahkan oleh Allah, namun tidak berimbang dengan rasa syukur yang kita lakukan atasnya.
    Kita beribadah, tetapi hanya di sela-sela kesibukan duniawiyah yang ada, berdoa hanya di saat sasah saja, bersedekah, berinfaq, menambahi amalan-amalan sunah shalat lail, dhuha, puasa sunah baru sebatas cita-cita.
    Demikian juga sebaliknya, betapa sayangnya Allah dengan kemahapengampunannya senantiasa memaafkan seraya menutupi aib dan kekurangan kita dari pandangan manusia, sehingga kita tetap menjadi mulia dan dimuliakan oleh sesama.
    Atas semua karunia dan kasih sayangNya itu sejatinya malu rasanya bila tidak beribadah (berusaha, berdoa, bertawakkal) lebih yang kita lakukan selama ini.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    Previous ArticleMengasah Rasa
    Next Article Ikrar
    Redaksi
    • Website

    Related Posts

    ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh

    January 27, 2023

    Ketegasan dan Adil

    January 27, 2023

    Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe

    January 27, 2023
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Informasi Terkini

    ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh

    January 27, 2023

    Ketegasan dan Adil

    January 27, 2023

    Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe

    January 27, 2023
    Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah
    Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah

    Gema Baiturrahman merupakan media komunikasi Mesjid Raya Baiturrahman yang terbit setiap Jumat sejak

    Facebook Twitter Instagram
    Populer

    Puasa Batin

    May 26, 2017

    Syekh Ali Jaber: Ulama dan Umara Harus Bersatu

    September 22, 2017

    Gubernur Hadiri Wisuda di UIN Ar-Raniry

    March 25, 2016

    Jenderal jadi Menag

    October 25, 2019
    © 2023 Gema Baiturrahman oleh Acehin.com.
    • Redaksi
    • Kontak Gema
    • Pedoman Media Siber
    • Aturan Layanan
    • Indeks

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.