Facebook Twitter Instagram
    Monday, February 6
    Trending
    • ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh
    • Ketegasan dan Adil
    • Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe
    • MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA
    • Manjaga Kelestarian Alam
    • MRB Optimalkan Pengelolaan Dana BLUD dan Infak
    • Kisah Mualaf Artis TikTok Filipina, Taaliah Hajra Camilo
    • MENUJU KEHIDUPAN YANG PENUH BERKAH
    Facebook Twitter Instagram
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    • Salam
    • Khutbah Jumat
    • Peristiwa
    • Laporan Utama
    • Dialog
    • Mimbar
      • Opini
      • Menara
      • Kubah
      • Mihrab
      • Tafsir
      • Fikrah
    • Advetorial
    • E-Paper
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    Home » Manusia Merdeka
    Indeks

    Manusia Merdeka

    RedaksiBy RedaksiAugust 16, 2018No Comments3 Mins Read
    Facebook Twitter LinkedIn Telegram Pinterest Tumblr Reddit WhatsApp Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    GEMA JUMAT, 17 AGUSTUS 2018
    Oleh M Syukur Hasbi
    Pada hari ini, 17 Agustus 2018 kita kembali memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-73. Bila dikatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa, maka juga perlu ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala individu manusia.
    Allah menciptakan manusia sedemikian rupa dengan potensi-potensi yang dimiliki agar mampu menggapai tujuan dan cita-citanya. Tujuan dan cita-cita itu milik manusia dan tidak tepat bila disebut milik Allah. Sebab,Allah tidak memiliki tujuan. Setiap tujuan itu mengharuskan adanya kekurangan yang belum dicapai, dan ia baru sempurna bila tujuan tersebut tercapai. Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan ketidaksempurnaan.
    Cita-cita dan tujuan hidup munusia adalah berusaha mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan ini bermacam-macam dan terkadang salah dipahami. Kaum materialis misalnya, kebahagiaan yang mereka pahami adalah usaha manusia untuk dapat memuaskan kebutuhan jasmaninya. Mereka menolak istilah-istilah rohani atau jiwa selama hal itu tidak dapat dieksperimen layaknya materi. Namun kita sebagai muslim yang megimani adalah kehidupan lain setelah kehidupan dunia ini, maka kebahagiaan yang kita ingin capai adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.
    Untuk menggapi kebahagiaan itu, manusia dalam kehidupan ini tidak mungkin mampu memenuhi segala kebutuhan bagi dirinya untuk menggapai kemuliaan dan kesempurnaan. Coba perhatikan saja, seorang manusia memiliki kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal. Puluhan bahkan ratusan orang lain bekerja untuk kebutuhan yang kita gunakan. Pakaian misalnya, berapa banyak orang yang bekerja untuk membuat pakaian yang kita hanya memakainya saja. Begitu juga dengan makanan, tidak mungkin semua kita harus menjadi petani atau nelayan. Maka pernyataan manusia adalah makhluk sosial bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan.
    Ketika semua orang ingin mencapai semua keinginannya, maka tabrakan kepentingan dan konflik pun menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Disini dapat dipahami bahwa kemerdekaan setiap individu manusia bukanlah bermakna manusia bebas melakukan apapun tanpa batas. Seperti halnya lampu rambu lalu lintas, bila semua pengendara dari segala arah ingin mencapai tujuannya tanpa menghiraukan orang lain, maka bisa dipastikan terjadinya tabrakan. Dari itu, makanya diperlukan lampu sebagai rambu-rambu lalu lintas agar semua pengendara dan pejalan kaki bisa lewat dengan aman.
    Rambu lalu lintas dan sejumlah hukum dan aturan pun dibuat oleh manusia berdasarkan kesepakatan bersama untuk tidak terjadinya konflik. Tentu saja, aturan dan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat manusia tidak selamanya sempurna sehingga sering terjadinya perubahan di mana-mana.
    Sudah tentu yang paling paham dengan manusia adalah penciptanya, yaitu Allah Swt. Dari itulah diperlukannya manusia-manusia suci yang dapat menjalin hubungan dengan Allah taala untuk membawa risalah-risalah agar manusia bisa menggapai kesempurnaanya. Itulah falsafah diutusnya para nabi selaku manusia suci sebagai penghubung antara langit dan bumi. Dari merekalah ajaran-ajaran suci disampaikan kepada manusia agar manusia itu bisa mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hakiki.
    Jadi, kemerdekaan yang ada pada manusia itu adalah kebebasannya dalam berkhendak (mukhtar). Hikmah Ilahi dari ciptaan seperti ini agar manusia bisa mencapai kesempurnaan sesuai dengan kehendak dan keinginannya sendiri. Selain itu, manusia juga akan merasa punya tanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukannya sendiri dihadapan Allah Swt  dan dihadapan masyarakat dan alam sekitar tempat ia hidup. (m syukur hasbi)

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    Previous ArticleDamai Aceh dan Impiannya
    Next Article Mensyukuri Kemerdekaan
    Redaksi
    • Website

    Related Posts

    ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh

    January 27, 2023

    Ketegasan dan Adil

    January 27, 2023

    Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe

    January 27, 2023
    Add A Comment

    Comments are closed.

    Informasi Terkini

    ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh

    January 27, 2023

    Ketegasan dan Adil

    January 27, 2023

    Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe

    January 27, 2023
    Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah
    Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah

    Gema Baiturrahman merupakan media komunikasi Mesjid Raya Baiturrahman yang terbit setiap Jumat sejak

    Facebook Twitter Instagram
    Populer

    Dahsyatnya Shalat Subuh

    April 21, 2017

    Apa Pentingnya MTQ?

    September 27, 2019

    BKPRMI Lakukan Evaluasi Kepengurusan

    January 22, 2016

    Anggota Paytren Buka Rekening Bank Muamalat

    March 2, 2018
    © 2023 Gema Baiturrahman oleh Acehin.com.
    • Redaksi
    • Kontak Gema
    • Pedoman Media Siber
    • Aturan Layanan
    • Indeks

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.