GEMA JUMAT, 8 NOVEMBER 2019
Maulid Nabi Muhammad SAW kadang-kadang Maulid Nabi atau Maulud saja, dalam tulisan Arab ditulis dengan Mawlid an-Nabī, yang memiliki arti peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Sedangkan kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Dalam kalender masehi tahun ini, Insya Allah, Sabtu, 09 November 2019 besok, umat Islam tengah merayakan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi Muhammad SAW atau hari kelahiran Rasulullah oleh pemerintah telah menetapkan sebagai hari libur nasional.
Memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Tentu kita tidak merayakan bulan kelahiran beliau, tapi mengintrospeksi sejauh mana memahami risalah kerasulan. Beliau dilahirkan pada Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi. Setiap nabi dan rasul, diutus untuk melakukan dakwah bagi umat pada zamannya.Nabi Muhammad SAW, diutus untuk menyempurnakan akhlak dan budi pekerti bagi seluruh alam.
Bagi umat Islam di Aceh atau umat Islam di seantero Nusantara, peringatan maulid ditandai dengan adanya tradisi yang memiliki kekhasan tersendiri di masing-masing. Tradisi-tradisi ini merupakan simbol kelahiran Nabi Muhammad telah membawa rahmat dan berqah bagi umat Islam di seluruh dunia.
Teladan dan Persatuan
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh, Tgk Tarmizi M Daud, MAg, menilai peringatakan Maulid Nabi yang dilaksanakan setiap tahun oleh kaum muslimin di seluruh dunia, memiliki sarat nilai, baik makna secara tekstual maupun arti dari sisi konstektual.
“jika dilihat dari sisi konstektual, perigatan maulid Nabi, sebuah manisvestasi keimanan seseorang kepada Rasul dan Nabinya,”jelas Abu Pandrah sapaan akrab Tgk Tarmizi M Daud, saat menjawab Tabloid Gema Baiturrahman, kamis, (7/11) petang.
Menurut Tgk Tarmizi, peringatan Maulid Nabi juga bermakna sebagai bentuk pengakuan ummat sekarang terhadap kebenearan dan misi yang telah dibawa Muhammad Saw menjadi pedoman keselamatan dunia dan akhirat.
Disamping itu, mengikuti sunnah Nabi juga sebuah kewajiban, karena Nabi dan Rasul merupakan salah satu rukun iman. Karena, persoalan keimanan, kata Tgk Tarmizi, merupakan hal yang wajib diikuti dan diamalkan sesuaikan petunjuk Rasul sebagai suri teladan bagi pengikutnya.
Ditanya tentang metode dakwah yang dipraktekkan oleh Rasulullah, Ia menjelaskan bahwa Nabi menganut metode Al ummah yaitu, mencintai semua golongan manusia kalau sekarang misi kemanusiaan, dengan metode itu Rasulullah diterima oleh semua Agama dan golongan dengan sifat lemah lembut, bil hikmah. “beliau selalu memberikan pelajaran yang baik, berdialog dengan sangat santun, baik secara lisan maupun perbuatan,” jelasnya.
Untuk itu, Tgk Tarmizi berharap, setiap momentum Maulid Nabi hendaknya jadi ajang memperkuat persatuan, sebab dalam setiap kegiatan maulid yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh selalu mengundang para tetangga lainya, baik famili dekat atau pun family jauh, serta undangan untuk masyarakat dari gampong-gampong terdekat lainnya. “Pada acara kenduri maulid, kita melihat terjalinnya keakraban dan kebersamaan, serta adanya saling bantu satu sama lain, itulah sebenarnya hakikat persatuan dan kesatuan umat,” paparnya.
Pemimpin Sejati
Ditempat terpisah, Ketua MIUMI Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh, Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA menjelaskan Nabi Muhammad Saw merupakan seorang sosok manusia yang memiliki akhlak paling mulia di dunia. Ibarat Al-Quran yang berjalan di muka bumi. Akhlak beliau adalah Al-Quran sebagaimana ditegaskan oleh Aisyah r.a ketika ia ditanya tentang akhlak Rasul saw, maka ia menjawab, “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”
Maka, sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjadikan Nabi saw sebagai sosok idola dan figur teladan dalam perilakunya sehari-hari. Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk meneladani akhlak Nabi saw
Menurut Muhammad Yusran Hadi, Nabi Muhammad saw benar-benar memiliki akhlak yang agung dan mulia. Sepanjang hidupnya, Nabi Saw adalah orang yang paling jujur dan benar perkataannya. Apa yang dibicarakannya adalah haq (kebenaran). Beliau tidak pernah berdusta, baik saat sungguhan maupun bergurau. Beliau memerintahkan umatnya untuk berkata benar (jujur) dan mengecam perbuatan menipu (manipulasi) dengan dosa besar.
Beliau Saw juga seorang yang amanah dan adil. Beliau menunaikan pesan-pesan dari Allah Swt kepada ummat dengan sempurna tanpa mengurangi atau melebihi sehuruf pun. Oleh manusia pun, beliau dijuluki “Al-Amin” karena keputusannya yang adil dalam menyelesaikan masalah. Beliau selalu berlaku adil, memerintahkan ummatnya untuk berlaku adil dan mengancam orang yang berlaku tidak adil (curang) dengan dosa besar.
“Beliau juga sosok pemimpin sejati. Sebagai seorang pemimpin, beliau memiliki ketauladanan yang baik yang patut ditiru oleh pemimpin kita saat ini,” jelas Yusran yang juga Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Selain itu, lanjut Yusran, dalam banyak literature, Rasulullah merupakan seorang pemimpin yang jujur, amanah dan adil, bukan pemimpin yang korup, nepotisme dan zalim. Beliau seorang pemimpin yang berani menegakkan Syariat Islam di muka bumi ini, membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan, bukan pemimpin pengecut dan takut kehilangan jabatan dan kekuasaannya karena menegakkan syariat Allah Swt.
Lebih lanjut, Yusran menjelaskan bahwa sosok Muhammad merupakan seorang pemimpin yang dermawan, pemurah dan peduli rakyat, bukan pemimpin yang kikir dan hanya memperkaya diri sendiri, keluarga dan golongannya ia adalah pemimpin yang wara’ dan bertakwa, bukan pemimpin yang fasiq dan munafiq.
“Beliau pemimpin yang tawadhu’, bukan pemimpin sombong dan angkuh. pemimpin yang murabbi dan muallim, bukan pemimpin yang pandai bicara dan perintah saja. Pemimpin yang sederhana dan zuhud, bukan pemimpin yang hidup mewah dan menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, keluarga dan golongannya,” tutup Yusran. (marmus)
