Facebook Twitter Instagram
    Monday, February 6
    Trending
    • ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh
    • Ketegasan dan Adil
    • Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe
    • MENEMPATKAN SESUATU PADA TEMPATNYA
    • Manjaga Kelestarian Alam
    • MRB Optimalkan Pengelolaan Dana BLUD dan Infak
    • Kisah Mualaf Artis TikTok Filipina, Taaliah Hajra Camilo
    • MENUJU KEHIDUPAN YANG PENUH BERKAH
    Facebook Twitter Instagram
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    • Salam
    • Khutbah Jumat
    • Peristiwa
    • Laporan Utama
    • Dialog
    • Mimbar
      • Opini
      • Menara
      • Kubah
      • Mihrab
      • Tafsir
      • Fikrah
    • Advetorial
    • E-Paper
    Gema BaiturrahmanGema Baiturrahman
    Home » Menata Rencana Hidup Seorang Muslim
    Khutbah Jumat

    Menata Rencana Hidup Seorang Muslim

    RedakturBy RedakturJanuary 20, 2023No Comments6 Mins Read
    Facebook Twitter LinkedIn Telegram Pinterest Tumblr Reddit WhatsApp Email
    Share
    Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

    Khatib: Prof. Dr. Fauzi Saleh, S.Ag, Lc, M.A, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

     Kesuksesan seorang hamba sangat ditentukan bagaimana kemampuannya dalam menata rencana hidup ini. Dalam usia yang sangat singkat, penggunaan waktu yang efektif dalam arti berhasil guna dan efisien (ketetapan cara dalam menggapai sesuatu tanpa membuang waktu, baiya dan tenaga) (KBBI, 2003: 284) sepatutnya dapat diterapkan dalam hidup. Banyak orang dalam waktu yang singkat dapat menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Sebaliknya, tidak sedikit manusia yang lalai dalam hidupnya. Tanpa terasa tahun berganti, usia bertambah, tapi tidak ada perubahan signikan guna meraih kebahagian dalam lingkup individu maupun sosial, padahal setiap pribadi menyadari betul hal itu. Karena itulah, Nabi SAW memberikan satu nasihat akan keterbatasan waktu ini.

    Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: umur umat antara enampuluh hingga tujuh puluh tahun, sedikit sekali mereka yang melampauinya. (HR Ibn Hibban dan disahihkan al-Hakim).

    Hadits di atas menggambarkan betapa singkat usia manusia dan ia menjadi kesempatan terbatas untuk bekal di kehidupan yang tak terbatas, yaitu alam akhirat yang tiada berujung. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita berbicara tetang bagaimana menata rencana yang baik guna mengisi relung-relung kehidupan dunia untuk menggapai kenikmatan dan kesuksesan akhirat yang abadi. Marilah kita perhatikan firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr 18: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap individu memperhatikan apa yang diperbuat untuk hari esok.”

    Dalam ayat di atas, al-Quran mengajak manusia paling kurang untuk tiga hal, pertama, takut kepada Allah atas kealpaan masa yang silam, agar bertaubat dan merehapnya dengan kebaikan. Kedua, melihat dan mempersiapkan hari esok jalan menuju keabadian dengan amal. Ketiga, bertakwa untuk menjaga diri dari kemaksiatan dapat menjatuhkan manusia dalam lubang kesengsaraan di masa-masa yang akan datang.

    Pendeknya, ayat di atas memotivasi manusia meraih masa depan yang lebih cemerlang.  Karena itu, nash-nash di atas menekankan pentingnya melihat tiga dimensi waktu; masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Masa lalu sebagai cermin kita berkaca bagaimana memandu kehidupan, masa sekarang kenyataan yang dijalani manusia dengan segala dinamikanya dan masa yang akan datang merupakan cita dan cinta yang hendak digapai. Meraih masa depan mutlak diperlukan sebagai wujud ikhtiar dalam perintah Allah: wal tandhur nafsun ma qaddamat lighad. Karena itu, topik penting yang kita bahas adalah bagaimana menata perencanaan dalam meraih masa depan yang bahagia.

    Perencanaan pertama adalah membekali diri dengan  ilmu pengetahuan. Ini usaha setiap individu menjadi menjadi ‘alim (manusia yang berilmu dan berwawasan). Ilmu menjadi wasilah (sarana) dan jendela pembuka cakrawala setiap manusia. Dengannya, manusia membaca hidup dan kehidupan sebagai ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dengan kemampuan ini, manusia diharapkan semakin arif memaknai kehidupan itu sendiri. Kebermaknaan hidup dapat digapai sesuai kemammpuan “baca” manusia itu sendiri. Substansi hendak dituju adalah kebahagiaan baik jasmani maupun rohani, duniawi maupun ukhrawi, zahir maupun batin. Ilmu menata agar hidup lebih bermakna. Rasulullah Saw. bersabda:

    Hadits Ibn Umar ra. Seseorang mendatangi Rasulullah saw ia bertanya: Ya Rasulullah, siapa manusia yang paling dicintai Allah. Beliau menjawab: manusia yang paling dicintai Allah adalah ia yang paling bermanfaat bagi manusia lain, amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang dimasukkan ke dalam diri seorang muslim, menghilangkan kesusahannya, membayar utangnya, menghilangkan kelaparannya. Bahwa berjalan dengan saudara yang berhajat itu lebih aku sukai daripada beriktikaf dalam masjid ini, yaitu masjid Madinah satu bulan (HR  al-Tabrani)

    Ilmu berfungsi membekali diri mengenal kehidupan, jalan yang dilaluinya dan tujuan yang menjadi destinasi akhirnya. Destinasi akhir itu tidak lain adalah kebahagiaan itu sendiri yang terangkum dalam doa: Dari Anas ibn Malik RA, doa yang paling banyak diucapkan Nabi saw: ya Tuhan kami, berikan kebaikan kepada kami di dunia, kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari api neraka (HR Bukhari)

    Terkati dengan poin ini, surah Al Alaq sebagai wahyu pertama memberikan pesan penting urgensi meraih ilmu pengetahuan. Eksistensi manusia dalam jagat raya ini dipahami melalui jendela ilmu. Surah ini memberikan kesadaran literasi melalui qiraah (membaca) dan kitabah (menulis). Tingkat nalar manusia juga diukur dengan kapasitasnya dalam membaca, mulai membaca lafzi, maknawi hingga tadabburi. Lafzi ditujukan membaca simbol-simbol yang ada. Maknawi merupakan membaca kandungan dari simbol tersebut. Sedangkan tadabburi membaca secara reflektif, bukan hanya hal-hal yang tersurat, tetapi juga sesuatu yang tersirat.

    Poinya adalah kemampuan membaca tujuan hidup ini yang kemudian mampu diterjemahkan dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan menjadi substansi yang dicari.  Kemampuan ini akan memberikan nilai tambah, baik dalam kehidupan duniawi ataupun eskatologi dan mampu meraih nilai-nilai positif yang berasaskan pada ilmu pengetahuan.

    Mengawali tahun 2023 ini, jendela membaca harus dibuka seluas-luasnya agar dapat melihat hikmah dibalik kehidupan ini. Dengan itu, ia dapat mewujudkan kualitas hidup, hari esok harus lebih baik dari hari ini, membaca nilai dan hikmat dalam kehidupan, membaca tekstual, kontekstual dan eksploratif dengan melihat alam semesta yang memiliki sejuta hikmah di dalamnya.

    Kedua adalah pengamalan. Ia merupakan wujud nyata dari ilmu yang dimiliki. Amal nantinya dapat terwujud berupa karya-karya yang tidak pernah terlupakan. Karya itulah menjadi pengingat terbaik terhadap keberadaan kita di atas muka bumi ini.

    Alquran memerintahkan kita untuk beramal sebaik-baiknya, firman-Nya dalam Quran Surat  at-Taubah  ayat 105: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.

    Karya ini dirasakan manfaatnya oleh manusia semasa pelakunya masih hidup dan setelah ia meninggal dunia. Rugilah manusia pergi tidak meninggalkan apa-apa. Pepatah menyebutkan: “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”. Artinya seorang manusia, terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah mati.

    Hasil usaha manusia itu kemudian disaksikan oleh keluarganya, kerabat, handai taulan dan  masyarakat yang ada di sekitarnya. Karya itulah hakikatnya “mengabadikan” pembuatnya, karena dikenang sepanjang masa. Ia adalah lisanul hal yang menceritakan tentang orang yang telah menghasilkan karya itu.

    Perencanaan ketiga dalam kehidupan, memperindah budi pekerti. Ilmu dan amal sebenarnya akan memperbaiki sifat dan karakter manusia, baik dalam interaksi dengan tuhannya maupun sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri. Manusia yang baik mereka yang bisa bagus hablun minallah (hubungannya dengan Allah, sang pencipta) dan juga bersikap baik kepada sesamanya sebagai wujud hablun minan nas. Rasulullah telah memberikan teladan (uswatun hasanah) bagi umatnya dalam berakhalqul karimah. Akhlak itu kunci utama meraih kesuksesan.

    Dalam suatu syair disebutkan:  Sesungguhnya umat itu akan makmur apabila menjunjung tinggi budi pekerti dan bila budi pekertinya sudah rusak maka mereka pun akan ikut binasa.

    Ini mengisyaratkan betapa ilmu dan amal mengayomi dan membimbing manusia untuk memperhatikan sikap dan perilakunya. Urgensi budi pekerti disebutkan dalam sebuah hadits:

    Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga, beliau menjawab: takwa kepada Allah dan berbudi pekerti baik. Dan beliau ditanya tentang yang paling banyak manusia ke neraka. Beliau menjawab: mulut dan kemaluan. (HRa Turmuzi, Ibh Majah dan Ahmad)

    Karena itu, disadari bahwa manusia makhluk yang lemah secara fisik. Kemampuan manusia terletak pada nalar dan akhlaknya. Manusia yang banyak menata  kemampuan ini dan menghantarnya selalu berzikir dan berpikir untuk kebaikan dan kemasalhatan. Semoga Allah selalu membimbing kita dengan taufik dan hidayah-Nya untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email
    Previous ArticleEkonomi Keummatan
    Next Article Langkah Konkret Bangun Ekonomi Aceh 2023
    Redaktur

      Related Posts

      MENUJU KEHIDUPAN YANG PENUH BERKAH

      January 27, 2023

      Planning dan LPJ Amal Saleh

      January 7, 2023

      Muhasabah:  Refleksi Pergantian Tahun Miladiah

      December 30, 2022
      Add A Comment

      Leave A Reply Cancel Reply

      Informasi Terkini

      ISAD Selenggarakan Pengajian Tastafi Bahas Syari’atkan Politik Aceh

      January 27, 2023

      Ketegasan dan Adil

      January 27, 2023

      Mengenal Lebih Dekat Lembaga Wali Nanggroe

      January 27, 2023
      Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah
      Tabloid Gema Baiturrahman: Menuju Islam Kaffah

      Gema Baiturrahman merupakan media komunikasi Mesjid Raya Baiturrahman yang terbit setiap Jumat sejak

      Facebook Twitter Instagram
      Populer

      Rasulullah SAW Membangun dengan Landasan Tauhid

      January 1, 2016

      Mantan Wartawan Gema Lulus Seleksi ke Ubud Writers

      June 17, 2016

      Bahaya Judi Online

      September 24, 2022

      Kemenag Aceh Besar Jalin Kerjasama dengan BSI

      November 22, 2022
      © 2023 Gema Baiturrahman oleh Acehin.com.
      • Redaksi
      • Kontak Gema
      • Pedoman Media Siber
      • Aturan Layanan
      • Indeks

      Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.