“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya dia (setan) menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar”. (QS. An Nur : 21)
Saat ini kita telah berada di penghujung tahun 2022 Masehi, artinya dua hari lagi, tahun 2022 akan ditinggalkan dan akan datang Tahun Baru 2023. Seperti sudah menjadi tradisi, saat datangnya Tahun Baru Masehi, masyarakat termasuk ummat Islam memeriahkannya dengan berbagai macam aktivitas, seperti pesta seni, kembang api, pegelaran musik, bahkan dengan berbagai bentuk kemaksiatan lainnya. Banyak di antara kaum muslimin, yang masih belum memahami, bagaimana pandangan Islam terhadap memeriahkan datangnya Tahun Baru Masehi.
Berdasarkan keterangan dalam Encyclopedia Britannica, penanggalan Masehi ini dibuat berdasarkan sistem penanggalan matahari dengan menggunakan hitungan waktu bumi berputar mengelilingi matahari. Sistem penanggalan Masehi ini sebenarnya ada hubungannya dengan keyakinan ummat Kristiani terhadap kelahiran Nabi Isa, bukan murni berbasis sains.
Lalu bagaimana pandangan Islam terhadap Perayaan Tahun Baru Masehi? KH. Cholil Nafis, salah seorang ulama dari Nahdhatul Ulama, mengingatkan umat Islam agar tidak ikut-ikutan terlibat dalam bentuk aktivitas apapun yang terkait dengan perayaan Tahun Baru Masehi, karena itu bukan Hari raya umat Islam. Jadi, umat Islam tidak perlu merayakan apapun berkenaan dengan pergantian tahun.
Salah satu alasannya adalah melakukan tasyabbuh atau menyerupai orang-orang ahli kitab dalam hal-hal yang merupakan ciri khusus dalam keyakinan mereka. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi SAW bersabda yang artinya: ”Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (bertasyabbuh), maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Oleh karena itu sikapilah malam pergantian tahun baru Masehi seperti halnya dengan pergantian malam-malam biasa lainnya. Ketahuilah, dalam Islam tidak ada malam yang istimewa kecuali 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Di luar itu maka semua malam sama saja nilainya. Ada tahun baru Hijriyah bagi umat Islam yang perlu ditunggu yakni setiap 1 Muharram. Salah satunya dengan muhasabah, itulah sebaik-baik pekerjaan dalam menyambut tahun baru Hijriyah. Syukur bila Pemerintah Aceh melarang tegas warga untuk tidak menyambut Tahun Baru Masehi dengan bentuk kegiatan apapun.