Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Guru Nasional (HGN), tepatnya pada setiap 25 November. Islam sangat menghargai dan memuliakan para pendidik atau guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan pendidik atau guru setingkat dibawah Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena pendidik atau guru sangat berkaitan dengan ilmu pengetahuan sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.

Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pengajar di sekolah islam Al-Azhar Cairo Banda Aceh, Muhammad Abrar, S.Pd. menurutnya, Peran guru dalam Islam adalah sebagai pengajar dan sekaligus pendidik. Guru (Mu’allim/Ustadz) sebagai pengajar dapat diartikan sebagai seorang guru harus memberikan pemahaman yang baik kepada muridnya mengenai ilmu yang telah disampaikan dan dapat diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan. Selain itu, guru adalah sosok pendidik, yakni orang yang membimbing, membersihkan, melatih, dan mengarahkan muridnya menjadi orang-orang yang berakhlakul karimah yang senantiasa menjaga kesucian dirinya, mengajar kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
Rasululllah sendiri merupakan guru bagi para sahabat-sahabat beliau. Para sahabat Rasulullah merupakan guru bagi tabi’in dan para tabi’in merupakan guru bagi para tabi’ tabi’in. Berkaca pada hal tersebut, guru sangat memegang peranan penting dalam kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan, berbangsa dan bernegara. Kedudukan guru dalam Islam memiliki derajat yang tinggi (Al Mujadilah:11). Guru juga bisa menjadi sebaik-baik manusia dikarenakan memberikan manfaat kepada orang lain dengan ilmu yang disampaikan (H.R. ATh-Thabrani). Dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Dari Hadits di atas menjelaskan bahwasanya kedudukan guru dalam islam adalah sangatlah mulia.
“Peringatan hari guru memberi arti tersendiri bagi seorang guru” imbuh Abrar. Hal ini dikarenakan Hari guru dapat dijadikan sebagai pengingat kembali bagi kita makna dan fungsi kita sebagai seorang guru. memompa kembali motivasi dan semangat dalam hal mengajar dan mendidik anak negeri sesuai amanat institusi dalam pembukaan UUD 1945 serta perintah mulia dari sang khalik.
Setiap guru harus selalu memiliki motivasi untuk memiliki niat yang ikhlas dalam hal mengajar dan mendidik. Guru senantiasa menjadikan segala sesuatu hal baik yang diberikan kepada murid adalah hal yang mulia dan bisa menjadi ilmu yang bermanfaat yang akan terus mengalir pahalanya walaupun guru tersebut sudah meninggal dunia. Guru senantiasa bersikap Tawadhu’ dan Wara’ terhadap ilmu yang dimilikinya, karena pastinya ilmu tersebut pemberian dan amanah yang Allah berikan . Guru juga memposisikan diri sebagai teladan di sekolah dan mengajar dengan lembut, santun, dan penuh kasih sayang. Guru Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan bersifat kreatif serta inovatif yang pastinya tidak melenceng dari Al Quran dan Hadits Rasulullah.“Semoga Guru menjadi Mutiara Hikmah, yang dapat mengantarkan ke Jannah-Nya”

Hal serupa juga disampaikan oleh Dr. Nirwani Jumala, M.Pd, seorang Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Aceh yang dulunya juga berprofesi sebagai seorang guru di sekolah. Nirwani memandang tugas guru adalah untuk meneruskan tugas para Nabi dan Dai untuk mendakwahkan kebaikan. Guru menyiapkan generasi agar hadir sebuah peradaban yg hidup didalamnya nilai-nilai keimanan, kebaikan dan kemanusiaan. Guru membangkitkan motivasi agar tergali bakat dan potensi untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang bertanggung jawab terhadap kehidupan umat. Guru adalah jembatan yang menghubungkan masa masa lalu dengan masa depan.
Manusia terpilih bernama guru adalah sosok yang paling berharga dalam sejarah hidup manusia. Tidak ada Zaman yang tidak diwakili oleh kisah para guru.
“Kita hidup dengan nyaman pada hari ini karena guru yang telah mengajarkan kita Cara bersikap, Cara memahami, Cara berfikir, Cara melakukan, bahkan Cara bertindak yang tepat dalam berbagai kondisi”
Menjadi guru berarti mendapatkan kesempatan untuk berbuat lebih. Sebab Seorang ilmuan hebat hanya menghasilkan satu atau beberapa karya hebat, sedangkan seorang guru hebat Akan menghasilkan ribuan ilmuan dan orang-orang hebat yang mampu berkarya tanpa batas. (liza)